Monday, October 15, 2018

Interview & Loft Tour ke Sesepuh LLB Bpk Karna Tjendra



Klik Link untuk Menonton Video Selengkapnya
: https://youtu.be/lhLy-l-Ypmc
Mengenal Pinisepuh LLB - Bpk Karna Tjendra Nama Karna Tjendera tidak asing lagi bagi pencinta merpati pos di tanah air, apalagi bagi anggota LLB. Karena setiap tahun namanya selalu muncul di daftar lomba LLB. Semua anggota LLB mengenalnya sebagai sosok seorang pemain senior. Bahwa burungnya bagus dan sulit keluar dari kandangnya. Bahwa sudah aktif main merpati pos sejak lama, entah berapa lama. Mungkin gambaran umum seperti ini yang dipahami banyak orang. Sekarang usianya mungkin sekitar 91 tahun dan masih aktif mengikuti lomba pada tahun 2018 ini. Awal kiprahnya di dunia merpati pos pada tahun 1959, bersamaan dengan Tan Sioe Hong. Saat itu perkumpulan belum menggunakan nama “Lang Lang Buana” masih menggunakan nama “Akbar Khan”. Sejak awal menekuni dunia merpati pos hingga kini terdapat dua fase. Di antara kedua fase tersebut terdapat masa vakum yaitu tahun 1982 hingga 2002. Pada masa itu tuntutan pekerjaan sebagai kontraktor mengharuskannya meninggalkan Jakarta. Selama 20 tahun mengerjakan berbagai proyek di kota Manado. Fase pertama tahun 1959-1982, merupakan era yang sama dengan Tan Sioe Hong, Tju Hon Hin, Lim Hok Leng, Ten Wong Cin, Aswin, Iwan Santoso, T.Syarif, Mayjen dr. Roebiono Kertopati (mantan menkes dan Kepala LSN), Kapten Pilot Partono (mantan Dirut Garuda dan Menhub) dan sederet nama lawas lainya. Pada fase ini basic blood line kandangnya sudah menggunakan burung-burung papan atas, seperti Moris Gordon, Janssen dan Van Hee. Pada era ini pun kandangnya sudah sering mendominasi berbagai lomba dan menjadi pemain papan atas yg sulit dikalahkan. Sekembalinya dari Manado pada tahun 2003, Karna tidak lupa dengan perkumpulan merpati pos yg telah lama ditinggalkannya. Segera ia menghubungi LLB dan mengutarakan maksudnya untuk aktif kembali. Niatnya untuk aktif kembali disambut hangat oleh anggota lain. Berbagai tawaran bersahabat mulai mengalir untuk memasok burung ke kandangnya. Tapi tawaran tersebut ditolaknya secara halus,”Terima kasih, saya bisa mencari bibit merpati pos sendiri kok…” Mulailah fase kedua diawali dengan perburuan merpati pos. Dimulai dengan mendatangkan dari luar negeri beberapa indukan. Sumber pertama adalah Hock Van (Pitman) dari USA. Disusul oleh merpati pos Jan Arden dan Jos Thone di tahun yang sama. Di antara semua merpati pos importnya, hanya milik Jos Thone yg membuatnya berkesan. Awal negosiasi yg panjang dengan Jos Thone ditambah hambatan pengiriman ke Indonesia. Karena merpati pos dari Belgia ini terpaksa singgah di Belanda sebelum masuk ke Indonesia. Tahapan ini membuatnya merogoh kocek ekstra sebesar 700 USD pada saat itu. Melihat semua kerepotannya ini Jos Thone jadi tidak enak hati dan berkata,”Pak Karna, untuk menyenangkan hati pak Karna saya beri seekor lagi sebagai hadiah…” Hingga total jumlah merpati Jos Thone yg diterimanya menjadi 11 ekor. Merpati pos Jos Thone ini lah yg menjadi tulang punggung kandang Ancol saat ini.

1 comment: